1.Mitos: Vaksin COVID-19 tidak aman karena dibuat dalam waktu singkat

Vaksin COVID-19 dapat dibuat dengan cepat karena para ilmuwan telah memiliki bekal pengetahuan dari penelitian sebelumnya mengenai jenis lain dari virus corona. Selain itu, COVID-19 yang sudah menyebar ke seluruh dunia memungkinkan kolaborasi internasional yang didukung dengan teknologi yang memadai.

2.Mitos: Gejala COVID-19 akan muncul setelah divaksin

Vaksin tidak akan menyebabkan penyakit COVID-19 kepada penerima vaksin. Tidak ada jenis vaksin yang mengandung virus hidup yang dapat menyebabkan penyakit. Jika gejala, seperti sakit kepala atau demam muncul, hal tersebut adalah respons dari sistem imun tubuh setelah divaksin.

3.Mitos: Orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 tidak perlu divaksin

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), semua orang perlu divaksin walaupun pernah terinfeksi sebelumnya karena infeksi kembali masih mungkin terjadi. Selain itu, peneliti masih belum mengetahui berapa lama imunitas alami yang dimiliki penyintas COVID-19 dapat melindungi dari infeksi kembali.

4.Mitos: Setelah divaksin, kamu tidak akan menularkan virus corona

Vaksin COVID-19 didesain untuk mengurangi risiko penyakit berkembang serius, jika terpapar virus. Namun, penerima vaksin masih memiliki kemungkinan untuk membawa dan menyebarkan virus tanpa gejala penyakit. Untuk mencegah penularan, kita tetap perlu mematuhi protokol kesehatan dan menggunakan masker bahkan setelah divaksin.

5.Mitos: Vaksin COVID-19 akan bertahan seumur hidup

Karena virus ini baru dipelajari selama setahun, para ilmuwan belum mengetahui pasti seberapa lama vaksin COVID-19 akan bekerja dalam tubuh. Menurut WHO, masih terlalu dini untuk memutuskan bahwa vaksin COVID-19 akan bertahan dalam jangka panjang. Studi lebih lanjut akan perlu dilakukan di masa mendatang.

Dengan mengetahui fakta-fakta akurat tentang vaksin COVID-19, kamu dapat memahami pentingnya perlindungan yang diberikan vaksin bagi tubuhmu.