Alasan ragu dengan vaksin

Menurut survei Saiful Muljani Research & Consulting (SMRC), sejumlah penyebab enggannya masyarakat Indonesia untuk divaksin, termasuk alasan keamanan (30 persen), keraguan atas efektivitas vaksin (22 persen), ketidakpercayaan atas vaksin yang disediakan (13 persen), takut atas efek samping vaksin (12 persen), dan alasan keagamaan (8 persen).

Keraguan pada vaksin adalah masalah internasional

Kurangnya kepercayaan pada efektivitas vaksin tidak hanya ditemui di Indonesia. Penelitian The Lancet di 149 negara menunjukkan, kepercayaan atas keamanan, efektivitas, dan pentingnya vaksin tengah menurun di seluruh dunia.

Pada tahun 2019, World Health Organization sendiri menetapkan bahwa keraguan masyarakat untuk divaksin termasuk dalam 10 ancaman kesehatan global yang paling kritis.

Normal untuk bersikap skeptis

Menurut Dr. Paul Offit, direktur Vaccine Education Center di Children’s Hospital of Philadelphia, sangat normal untuk merasa skeptis dan ragu tentang vaksin yang akan diinjeksi ke tubuh kita. Dalam kasus ini, vaksin COVID hanya dibuat dalam waktu satu tahun, jauh lebih cepat dibandingkan vaksin lain yang dibuat dalam 15 hingga 20 tahun. 

Namun, Dr. Offit juga mengingatkan bahwa teknologi yang menjadi dasar vaksin COVID telah dikembangkan selama lebih dari satu dekade dengan uji klinis yang melibatkan ribuan orang.

Pentingnya informasi

Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri mengatakan, tantangan terbesar adalah memberikan pemahaman dan informasi yang utuh kepada masyarakat. Untuk itu, pemerintah bisa melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan untuk menghindari disinformasi dan hoaks. 

Walau vaksin sudah mulai disebarkan, namun perjalanan kita menuju herd immunity masih panjang.