ornament
ornament
Kembali ke Halaman Artikel

Orang tuli dianggap tidak bisa mendengarkan suara secara normal

 

i.ytimg.com

 

Seseorang dikatakan memiliki gangguan tuli tingkat rendah jika tidak bisa mendengarkan suara pada tingkat 30-40 db, kurang lebih ketika kita berbicara pelan hingga berbisik. Jika pada tingkat suara 40 hingga 60 db masih juga tidak terdengar, kemungkinan orang tersebut mengalami tuli tingkat menengah. Pada akhirnya seseorang dinyatakan tuli tingkat berat jika ia tidak bisa mendengarkan suara pada tingkat 60 hingga 80 db, kurang lebih setara dengan suara bentakan atau percakapan dengan tekanan pengucapan.

 

Sebagian besar orang normal memiliki anggapan bahwa orang tuli tidak bisa mendengarkan suara seperti yang dinikmati oleh orang normal pada umumnya, sepenuhnya. Padahal tuli sendiri sudah dikatakan terbagi dalam beberapa tingkat. Artinya untuk penderita tuli pada tingkat tertentu, masih memiliki kemampuan untuk mendengarkan suara meski harus dibantu dengan volume yang relatif tinggi. Namun, menurut para ilmuwan, orang tuli sejatinya masih bisa menikmati suara-suara dan musik. Hal ini dikarenakan kerusakan terjadi pada indera pendengaran yang kurang mampu menangkap gelombang suara tetapi sebenarnya korteks pendengaran orang tersebut masih berfungsi. Jika berbicara mengenai aktivitas otak yang terjadi pada orang tuli dengan orang normal ketika mendengarkan suara atau musik, keduanya sama-sama aktif untuk mendengarkan.

 

Lalu bagaimana gelombang tersebut dapat sampai sebagai stimulus yang dapat dirasakan oleh orang tuli, sedang indera pendengarannya saja tidak mampu menangkap gelombang suara? Dikarenakan satu inderanya mengalami kekurangan, indera lainnya menjadi lebih aktif dan sensitif. Orang tuli bisa "mendengarkan" musik tersebut dengan merasakan gelombang suara, salah satunya, dengan ujung jari atau tangan. Hal ini mungkin masih sulit dipahami oleh orang yang tidak mengalami kekurangan kemampuan indera. Namun, secara ilmiah sebenarnya setiap bunyi menghasilkan getaran dan gelombang tersebutlah yang diproses secara sama dalam otak. Sehingga, orang tuli pada akhirnya bisa ikut menikmati alunan musik melalui indera yang lain.

 

Beberapa orang tuli menghasilkan karya seni music

 

 

rockhaq.com

 

Sebenarnya sudah ada banyak orang-orang dengan keterbatasan pendengaran yang justru bisa menghasilkan sebuah karya seni musik. Sebut saja komponis Ludwig Van Beethoven yang terkenal dengan karya Fur Elise. Tuli bukan bawaan lahirnya, justru 'diterimanya' pada saat ia sudah menjadi seorang musisi besar. Meski begitu tuli tak menghentikannya berkarya. Terbukti meskipun memiliki gangguan pendengaran, Beethoven menghasilkan 9 simfoni, sonata, concerto, dan juga overture.  Di jaman modern seperti ini pun juga ada musisi dengan keterbatasan pendengaran namun tetap sukses. Salah satunya adalah Evelyn Glennie.

 

Evelyn Glennie divonis dokter kehilangan kemampuan mendengarnya di usia belia, yaitu 12 tahun. Alih-alih berhenti mempelajari musik, ayahnya mendatangkan guru perkusi untuk tetap menyemangatinya berlatih. Uniknya, guru peruksi Evelyn inilah yang mengajarkan Evelyn untuk belajar 'mendengarkan' suara melalui indera lainnya, yaitu tangan dan jari-jarinya. Pembelajaran ini memberinya insight bahwa musik memiliki getaran dengan intensitas yang berbedanya. Meski membutuhkan waktu untuk mempelajari hal ini, namun Evelyn pada akhirnya bisa menerima dan lihai dalam bermusik. Evelyn juga menjadi sosok yang menggebrak standar saat ia mendaftarkan diri ke sekolah musik Royal Academy of Music, di mana pada awalnya keterbatasan mendengarkan tidak diberikan tempat dan dukungan untuk belajar. Kini, sekolah tersebut memberi kesempatan yang terbuka bagi semua orang dengan keterbatasan yang memiliki bakat serta semangat dari dalam dirinya untuk mempelajari musik.

 

Another kinda Glennie is Sean Forbes. Musisi satu ini dikenal sebagai penyanyi hip hop di Amerika dengan keterbatasan pedengaran, yang terenggut akibat penyakit meningitis di tulang belakangnya. Meski akhirnya kemampuan mendengarkan Sean hilang 90%, ia tidak kehilangan semangat untuk mempelajari musik lebih dalam dan masuk ke Institute of Technology (RIT) yang berlokasi di Rochester, New York. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya di tahun 2008 silam, ia memanfaatkan ilmu yang didapatkan semasa kuliah dengan mendirikan DPAN.TV, yaitu sebuah platfrom bahasa isyarat yang bisa diakses secara online dengan konten beragam di satu tempat.

 

Baik Beethoven, Evelyn, maupun Sean adalah sosok musisi yang menggebrak stigma di masyarakat mengenai ketidakmampuan orang tuli untuk berkarya pada hal-hal yang mereka tidak bisa rasakan selayaknya orang normal. Memang perjuangan mereka tidak mudah karena harus mempelajari dengan cara yang berbeda. Tentu saja semua itu membutuhkan waktu karena ada ketidaknormalan. Namun toh hasil tetap tidak akan mengkhianati perjuangan. Sosok-sosok inilah yang seharusnya menjadi panutan bagi kita yang telah dikaruniai tubuh tanpa cacat dan semua telah berfungsi sebagaimana diciptakan.

 

Melihat pengalaman teman-teman kita yang memiliki keterbatasan pendengaran dan sosok-sosok sukses dengan kekurangan serupa seharusnya sudah menjadikan kita bisa lebih mensyukuri hidup. Apa yang kita terima, tubuh yang berfungsi dengan normal, dan jalan yang relatif lempeng untuk kita tempuh dengan perjuangan masing-masing, selayaknya kita syukuri. Mempelajari semangat mereka yang dalam keterbatasan untuk tetap bisa berkarya dan bermanfaat untuk sesama, selayaknya dijadikan cermin tentang apa yang sudah kita lakukan bagi orang-orang di sekitar kita. Yuk jadi lebih bersyukur sama diri sendiri, dan mulai berbuat yang baik dan bermanfaat untuk sesama.