Teknologi terkini di bidang medis memungkinkan
untuk dilakukan bedah laparoskopi, yaitu bedah minimal invasif hanya dengan
sayatan sebesar lubang kunci (keyhole surgery) pada tubuh bagian perut dan
panggul. Alat bedah ini dilengkapi dengan kamera kecil dan sumber cahaya pada
ujungnya.
Laparoskopi berguna baik untuk penegakan
diagnosa melalui biopsi sampel jaringan tubuh maupun untuk perawatan. Salah
satu perawatan yang dapat dilakukan dengan bedah laparoskopi adalah prosedur Colectomy
dan Colostomy untuk mengobati kanker kolorektal. Colectomy yaitu pemotongan
sebagian usus besar yang terdapat sel kanker, sedangkan colostomy adalah
pembuatan lubang atau stoma di dinding perut untuk mengeluarkan feses tanpa
melalui anus.
Sebelum dilakukan tindakan bedah laparoskopi
diperlukan beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui resiko
kanker kolorektal diantaranya adalah Fecal Occult Blood Test (FOBT)
untuk mengetahui ada tidaknya darah dalam feses, CT kolonografi yaitu
pemeriksaan CT Scan untuk menilai kondisi usus besar, serta kolonoskopi yaitu
tindakan memasukan kamera kecil ke dalam usus besar untuk mendeteksi
abnormalitas.
Kelebihan dari tindakan bedah laparoskopi
antara lain membutuhkan waktu rawat inap lebih singkat dari bedah konvensional,
perbaikan fungsi pencernaan lebih cepat, nyeri yang timbul minimal, dan
mengurangi resiko perdarahan saat operasi. Namun, tidak semua pasien kanker
kolorektal dapat dirawat dengan bedah laparoskopi. Faktor perluasan sel kanker
dan kemampuan dokter mempengaruhi pemilihan jenis tindakan perawatan. Kanker
kolorektal yang belum mengalami perluasan ke kelenjar getah bening dan belum
metastasis atau meluas ke organ lain, masih bisa dilakukan bedah laparoskopi.
Pentingnya deteksi dini kanker kolorektal tidak
hanya meningkatkan kemungkinan kesembuhan pasien, melainkan juga memudahkan
dalam prosedur perawatannya. Kanker kolorektal yang telah meluas ke kelenjar
getah bening dan bermetastasis ke organ lain, tidak cukup hanya dilakukan bedah
untuk pemotongan sebagian usus besar, melainkan juga diperlukan kemoterapi dan
radioterapi yang tentu tidak sedikit membutuhkan biaya dan menghabiskan waktu.
Referensi:
1. Laparoscopic
colorectal surgery. Gastrointestinal Services Division. University College
London Hospitals. March 2014. http://www.uclh.nhs.uk/PandV/PIL/Patient%20information%20leaflets/Laparoscopic%20colorectal%20surgery.pdf
2. James Yoo.
Laparoscopic Colorectal Surgery. Perm J. 12(1): 27-31. 2008.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3042335/pdf/i1552-5775-12-1-27.pdf
3. Colon
Resection Surgery Patient Information from SAGES. Society of American Gastrointestinal
and Endoscopic Surgeons. 2006. https://www.sages.org/publications/patient-information/patient-information-for-laparoscopic-colon-resection-from-sages/
Artikel disusun oleh
Johnson & Johnson Indonesia team, dalam rangka kerjasama edukasi onkologi antara PT FWD Life
Indonesia dan PT Johnson & Johnson Indonesia.