Banyak
orang menggambarkan situasi pandemi COVID-19 dengan perumpamaan, “Kita berada
dalam badai yang sama, namun bukan di kapal yang sama.” Setiap orang memiliki
reaksi yang berbeda terhadap pandemi ini. Namun, jika kamu merasa depresi,
khawatir, dan stres, kamu tidak sendirian. Pandemi ini memang memengaruhi
kesehatan mental kita dalam berbagai cara.
1. Khawatir, depresi, dan trauma
Social distancing
menyebabkan kita harus menjaga jarak dengan keluarga, teman ataupun rekan kerja
sambil mengalami ketakutan dan rasa khawatir akan ketidakpastian. Penelitian
membuktikan, seseorang yang tidak kehilangan pekerjaan ataupun orang terdekat juga
terpengaruh dengan situasi ini. Dalam studi dengan 10.000 responden,
orang-orang merasakan masalah kesehatan jiwa mereka memburuk setelah pandemi, yang
ditandai dengan gejala stres, khawatir, depresi, dan post-traumatic stress disorder (PTSD). [1]
2. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meningkat
Komnas
Perempuan melaporkan, terdapat 319 kasus kekerasan selama pandemi. Dua pertiga
dari angka tersebut merupakan kasus KDRT. Penelitian dari Flinder University,
Australia, menunjukkan, peningkatan angka KDRT disebabkan oleh bertambahnya
beban domestik perempuan selama pandemi, seperti mengurus rumah tangga,
mendampingi anak sekolah online,
serta bekerja. Ketika perempuan tidak memenuhi tugasnya dengan baik, mereka
lebih rentan menjadi target tindak kekerasan. Selain itu, kesulitan ekonomi juga
meningkatkan kerentanan perempuan terhadap kekerasan.[2]
3. Mereka yang lebih rentan
Studi
dari Spanyol, Cina, dan Slovenia menunjukkan, anak muda cenderung mengalami
depresi, kekhawatiran, stres, dan trauma selama pandemi. Walaupun situasi ini
sulit bagi setiap orang, namun sebagian orang lebih merasakan ketidaknyamanan
dalam pandemi ini. Mereka adalah yang lebih merasakan ketakutan, banyak
merenung, dan merasakan depresi, kekhawatiran, dan PTSD.[3]
Selain itu, penelitian membuktikan, mereka yang memiliki penyakit kritis atau
kesehatan yang buruk merasakan dampak negatif pandemi terhadap kesehatan mental
mereka. [4]
4. Situasi kerja yang menantang
Bagi
para tenaga kesehatan, sumber stres dapat berupa kurangnya tes, terbatasnya
pilihan perawatan, kelangkaan alat perlindungan diri dan kesehatan, serta jam
kerja yang panjang.[5] Selain
itu, para pekerja, seperti karyawan supermarket, kurir, atau petugas kebersihan
menghadapi risiko virus corona setiap mereka bekerja. Walaupun beberapa kantor
memberlakukan work from home, survei
membuktikan karyawan lebih merasa tertekan.[6]
Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober, kita bisa lebih memerhatikan kesehatan mental kita untuk bertahan dalam masa sulit seperti sekarang.
Sumber:
[1]https://greatergood.berkeley.edu/article/item/seven_ways_the_pandemic_is_affecting_our_mental_health
[2]
https://theconversation.com/angka-kdrt-di-indonesia-meningkat-sejak-pandemi-covid-19-penyebab-dan-cara-mengatasinya-144001
[3]https://greatergood.berkeley.edu/article/item/seven_ways_the_pandemic_is_affecting_our_mental_health
[4]
https://www.kff.org/coronavirus-covid-19/issue-brief/the-implications-of-covid-19-for-mental-health-and-substance-use/
[5] https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMp2008017
[6]https://greatergood.berkeley.edu/article/item/seven_ways_the_pandemic_is_affecting_our_mental_health