1.Ramah lingkungan
Data Kementerian Lingkungan Hidup (2018) menunjukkan,
timbunan sampah di Indonesia mencapai 65,79 ton, termasuk di dalamnya sampah
tekstil dari pakaian hingga sisa produksi. The Sustainable Fashion Forum
memperkirakan, pada tahun 2030, konsumsi pakaian dunia meningkat hingga 63
persen, dari 62 juta menjadi 102 juta ton.[1]
2.Mengurangi konsumsi fast fashion
Seperti halnya daur ulang, membeli pakaian bekas
berarti mengurangi jumlah sampah yang telah memenuhi bumi ini. Dengan thrifting, kamu turut berpartisipasi dalam
mengurangi proses produksi fast fashion yang
menghasilkan banyak limbah tekstil.[2]
3.Bergaya tanpa menguras kantong
Harga pakaian bekas yang jauh lebih murah
dibandingkan pakaian baru membuat thrifting
menjadi alternatif berbelanja yang ekonomis. Bahkan banyak pakaian bekas
yang memiliki kualitas lebih tinggi dibandingkan pakaian baru. Sebelum membeli,
cek dulu kualitas bahan dan pastikan tidak ada lubang atau noda yang tidak bisa
diperbaiki.
4.Mudah diakses
Pada awalnya, thrifting
memang hanya dapat dilakukan di toko atau pasar tertentu yang menjual baju
bekas. Sekarang, kamu juga bisa thrifting
melalui media sosial atau toko-toko online
yang pastinya makin menghemat waktu dan energi. Tidak hanya itu, rasa puas
mendapatkan barang impian dengan harga murah enggak ada tandingannya!
5.Ekspresi gaya yang unik
Saat thrifting,
kamu bisa mendapatkan pakaian-pakaian one
of a kind yang enggak bakal kamu temui di toko-toko biasa. Kamu bisa tampil
unik tanpa ada yang menyamai. Selain itu, siklus tren fashion yang terus berputar memungkinkan kamu untuk menemukan fashion item yang sedang kembali tren.
Harga yang terjangkau, barang-barang yang unik, serta ramah lingkungan membuat thrifting semakin seru untuk dieksplor.